SEMILOKA PSIKOLOGI POSITIF

(13/12) Toxic relationship adalah hubungan yang tidak menyenangkan bagi diri sendiri atau orang lain. Hubungan ini juga akan membuat seseorang merasa lebih buruk. Ciri-ciri toxic relationship antara lain, merasa tidak aman, ada kecemburuan, keegoisan, ketidakjujuran, sikap merendahkan, memberi komentar negatif, dan mengkritik, buka Dr. Nurlaila Effendy, M.Si dalam Semiloka Psikologi Positif yang bertajuk Pendekatan Psikologi Positif pada Toxic Relationship.

Ketua Asosiasi Psikologi Positif Indonesia ini menjelaskan bahwa toxic relationship menyebabkan mereka yang terlibat di dalamnya kesulitan untuk hidup produktif dan sehat. “Mungkin kamu pernah mengalaminya secara langsung. Memiliki seorang teman yang hanya ingin didengarkan dan mencarimu di saat dia kesusahan, tetapi dia tidak pernah mendengarkan kisahmu dan melupakanmu di saat bahagia. Di sisi lain, mungkin kamu memiliki pasangan tapi tidak pernah menghargaimu. Dia malah berbuat sesukanya asal keinginannya tercapai, selalu menyalahkan dirimu kalau terjadi masalah, bahkan berani bertindak kasar padamu” tambahnya lagi dalam acara yang diselenggarakan oleh Mahasiswa S1 dan S2 Psikologi UNY ini.

Nurlaila menjelaskan hubungan sehat secara resiprokal yaitu saling mencintai atau menyayangi, saling mendukung, saling menguatkan, dan saling berbagi emosi. Di sisi lain, tidak memperburuk keadaan walau berbagi emosi, menolak ketika bercerita tidak fair, tidak ada waktu untuk “lari” ke orang lain, dan hubungan sosial yang Bertumbuh, merupakan wujud hubungan dari hubungan secara positif. “Siapkan emosi kita dengan didominasi positif senyum tanpa alasan, mindful living, kebersyukuran. Latihan menyadari diri agar bisa mengelola diri dan empati dan banyak melakukan observasi” tutupnya. (ant)